May, 2008
*“AIS!” Nisa memanggilku, Nisa adalah teman dan sahabat satu-satunya yang aku punya di SDku ini, “Ais, ayo masuk kelas. Sebentar lagi ujiannya akan dimulai. Ayolah, Ai. Ini hari terakhir ujian, semangat ayo!” aku mengangguk.
*“Heh, anak penyakitan!” Degh, aku tau maksud perkataan itu ditunjukan untukku,”Ngapain sih, dari dua hari yang lalu ikutan ujian segala? Buat apa? Bentar lagi juga kan lo bakal MATI ! jadi gak ada gunanya juga kan lo ikut ujian?”
*Aku tak menghiraukan omogan itu, itu suara Shanya. Semenjak aku memberitahukan penyakit sialku ini, dia dan geng-nya selalu memngompori teman-teman untuk menjahuiku, dan yang terjadi ya begini, semua teman menjauhiku, kecuali Nisa tentunya.
*Ugh!
*Rasa ini lagi, terasa sakit disekitar kepalaku, gawat ! aku mohon jangan sekarang...
*Ugghh!
*Sakiitnya terasa beda, lebih menyakitkan dari biasanya..
*“Kenapa, Ai?” Tanya Nisa. Aku menggeleng lemah, “Yuk, Ai cepet. Udah mau dimulai tuh.” Aku mengangguk, dan segera mengikuti Nisa ke ruang ujian.
*Rasa sakit di kepalaku terus menghantuiku. Kosentrasiku terganggu olehnya.
*Uggghhh!!!
*Sakiiiit! Ingin aku teriak begitu, namun tak mungkin ku lakukan. Selama mengerjakan soal, mataku berkunang-kunang dan sakit di kepalaku makin terasa.
*Kriiing, Kriiing, Kriiing!
*Bunyi bel tanda ujian telah berakhirpun berbunyi, semua murid berteriak senang.
*“YEAAAAH!” Nisa berteriak senang, Shanya pun begitu dengan kawan-kawannya. Aku lihat semua teman-teman tersenyum, dan akupun melihat Nisa tersenyum bangga.
*Uuuggggghhhhh!!!!
*Aku tak bisa menahannya lagi, sakiiiiiit! Mataku makin berkunang-kunang, namun bisa ku lihat senyuman dan raut wajah bahagia Nisa kini berubah menjadi khawatir.
*“Sakiit...” bisikku lemah...
*Dan aku merasakan tak berdaya dan semua berubah gelap.....
***
*Suara orang berlarian di lorong rumah sakit saat itu begitu terdengar bergemuruh di telingaku, walaupun dalam keadaan setengah sadar, aku bisa merasasakan gemuruh beberapa langkah kaki yang membawaku melewati lorong-lorong rumah sakit dan membawaku ke ruang ICU. Aku tahu yang berlarian mendampingiku, Bunda, Ayah, Abang Rizky, dan Nisa.
*Beberapa alat sedang di pasang di bagian-bagian tubuhku. Aku lihat Bunda menangis, Nisa pun menangis. Abang mencoba menahan nangis, tapi aku tahu, sepertinya dia bakal nangis juga. Aku mencoba tersenyum, dan mencoba memberi isyarat bahwa aku tak apa-apa.
*Huffft... aku yakin, Kanker Otakku semakin parah...
*Mau apa lagi? Ini takdirku kok..
***
July, 2008
Uggh.. pusiiiiing.
Ha? Dimana nih? Aku pun bangun dari sebuah tempat tidur kayu.
“Hey, udah bangun?” Seorang cowok menanyakan seperti itu padaku, siapa dia saja aku tak tahu, akhirnya aku hanya memasang tampang bodoh di depannya. “Sorry, tadi gua gak sengaja ngelemapr bola ke lu, lu-nya juga sih malah jalan deket ring, tau ada yang lagi main basket juga,” omong cowok itu panjang lebar. Dan aku? Aku masih memasang tampang bodoh di depan cowok yang lumayan tampan ini.
“ng, sorry. Kamu siapa ya? Terus aku ini lagi dimana sih? Kayaknya tadi aku mau ke kelas, kenapa ada di sini ya?” Tanyaku dengan tampang bodoh. Cowok itu melongo.
“Lu anak kelas 7 ya?” Tanyanya lagi, aku mengangguk cepat, “Nggak ikut MOS pasti?” Aku mengangguk lagi. Cowok itu menghela nafas, ia berjalan ke arahku dan menjulurkan tangannya.
“Kenalin, gua Ken. Kelas 8. Ketua Osis. Lu?” Katanya bangga. Aku pun menyambut uluran tangannya.
“Ais. Ngg, maaf. Bukannya Ketua Osisnya itu cewek ya?”
Ha? Mati kutu gua! Rutuk Ken.
“hehehehehe, sorry. Ternyata lu tau juga ya? Hebat-hebat,”
“Gak ko, aku Cuma ngetes Ken aja, aku malah gak kenal siapa-siapa disni. Ternyata aku tahu, Ken gak jago bohong ya?”
Ken kembali melongo.
“ngg, Ken. Anterin aku ke kelas aku dong, aku gak tau tempat-tempat di sekolah ini,” Kataku meminta.
“boleh boleh. Lu kelas berapa emang?”
“7D, kelasnya sekarang dimana?”
“Oooh, gua tau deh dimana. Sebelahan kok sama kelas gua, cepet yuk. Ntar lu malah ketinggalan pelajaran lagi,” Aku mengangguk cepat dan segera memakai sepatuku dan mengikuti Ken.
*Aku berjalan di samping Ken, aku lihat sekeliling masih banyak anak-anak yang berkeliaran, apalagi ceweknya. Dan saat aku dan Ken melewati segerombolan anak perempuan didekat Kolam, mereka melihat sinis kepadaku. Aku risih dilihat begitu, ada apa dengan aku?
*Saat sudah jauh dari mereka aku bertanya pada Ken, “Ken, cewek-cewek tadi kok ngeliatin aku sinis gitu ya? Emang ada yang aneh dari aku?” Ken, berbalik ke arahku dan melihat aku, lalu dia melihat cewek-cewek yang aku maksut tadi.
*“Oooh, gak ada yang aneh kok dari lu. Cumaaaaan, yang tadi itu penggemar gua semua. Biasanya kalo ada cewek yang deket gua, mereka bakalan ‘nyakar-nyakar’ tuh cewek,” Jelas Ken panjang lebar, aku baru ngeh “Ken, aku kan cewek. Terus aku bakal dicakar sama mereka dong?” Aku ketakutan setengah mati, Ken tertawa keras.
*“Ha? Ken. Tau gitu, aku gak minta kamu anterin ke kelas. Kalo aku sampai dicakar ntar gimana? Kalau ntar mereka malah ngejahatin aku gimana ken? Ken, ini bohongan kan? KEN!” Tanyaku panik.
*“Hey! Tenang aja, ada gua, oke?” Kata Ken tenang, “Nih kelas lu, masuk gih. Gua juga mau masuk kelas,”
*“KEN!” Ken berbalik lagi, “Yang kamu tadi bilang gak bener kan?”
*“Tenang, percaya sama gua? Oke?” Aku menangguk.
*“KEN!” panggilku lagi, Ken kembali berbalik,”Makasih,” Ken tersenyum tipis dan langsung berlari ke kelasnya, aku pun masuk ke kelasku.
*Hmmm, sepertinya aku mendapat teman yang baik saat ini. Huufft, tapi pikiran tentang ‘dicakar’ tetap saja menghantuiku. Sepertinya aku salah memilih untuk dekat Ken, karna Ken puny banyak ‘Anjing Galak’ . hihihihi.